Berdasarkan catatan resmi dari ketua yayasan masjid Al Ikhlas Lamongan Mohammad Yasin Fathul Manan yang juga nadzir dari masjid ini, bahwa Masjid Al Ikhlas ini berdiri diatas tanah milik keluarga Hanafi (alm) seluas 724 m2 yang terletak di Jalan KHA Dahlan No. 20 yang dahulunya adalah Jalan Sumargo.
Dahulu Masjid ini adalah sebuah langgar panggung dua lantai yang terbuat dari kayu yang bernama Langgar SOPOYONO yang keberadaannya memiliki dua fungsi disamping sebagai Musholla lantai bawah dimanfaatkan sebagai madrasah diniyyah ITTIHADUL IKHWAN yang di asuh oleh Bapak Kyiai Mustakim dan Bapak Abdul Rakhman Ambar.
Mengawali berfungsinya langgar SOPOYONO ini sebagai Masjid ditandai dengan suatu proses perjuangan yang aman mengesankan : yaitu dimulainya Sholat Jum’at pertama kali di Lamongan yang menerapkan system metode yang dicontohkan oleh Rosul Allah SAW, hal itu terjadi pada hari jum’at tanggal 3 Januari 1964 bertepatan dengan tanggal 17 Sya’ban 1383H deengan khotib dan imam pertama kali Mohammad Yasin bin Fathul Manan sedang Mu’adzin saudara Sunan Al Ikhlas Adhim (alm) dengan jumlah jama’ah 25 orang. Yang dengan semangat perjuangan yang tinggi sebagai kelompok pembaharu ingin menegakkan ajaran Rosullah secara murni.
Tokoh perintis dan pendiri jama’ah ini adalah Mohammad Yasin Fathul, Mokhtar Mastur, Mohammad Said dll dan pengumuman pertama kali pendirian Jama’ah ini disampaikan di rumah salah seorang tokoh pendidik yaitu Bapak Abdul Kadir yang orang tua bapak Drs. H. Mudlakkir Masyhur di Mojo sewaktu pengajian rutin oleh majelis Dakwah Islamiyah Lamongan dan mendapat dukungan beberapa jama’ah.
Jama’ah Sholat Jum’at Pertama kali ini antara lain:
1. Syaekhan
2. Subur
3. supardan
4. Syapa’i
5. H. Abdullah
6. Katam (alm)
7. Adnan Jojik
8. Mohammad Said
9. Sun’an Al Ikhlas Adhim (alm)
10. Mohammad Yasin
11. Asnan
12. Syofuan Hadi
13. dll
proses perjuangan ini cukup berat mengingat jama’ah Masjid ini relative masih sedikit dan asih banyak dipenggaruhi oleh kondisi lingkungan, namun kegiatan ini cukup mantap, sehingga untuk meningkatkan kegiatan keta’miran maka kepenggurusannya dipercayakan kepada :
Ketua : Mohammad Yasin : Tlogoanyar
Imam Badrus : Tlogoanyar
Penulis : Sun’an Al Ikhlas Adhim : Tlogoanyar
Subechi : Demangan
Pembantu : Soetardjo : Demangan
Kepenggurusan ini berjalan sejak 1964 s/d 1973
Perkembangan kemudian dapat dicatat bahwa suka duka menegakkan ajaran Rosullah secara murni memang merupakan tantangan, dan perjalanan jama’ah ini sempat terganggu dan mendapat hambatan mengingat lokasi ini status tanahnya masih milik keluarga dan dimiliki oleh beberapa ahli waris yang tidak seide dengan pendiri Masjid ini.
Maka terjadilah musyawarah ahli waris tanah keluarga ini yaitu : Ny. H. Masyhadi al.makde Rawon, Haji Yasin dan untuk menjual tanahnya tersebut dengan ketentuan suatu bagian milik Ny. Haji Fathul al. Asli’ah yang ibu kandung Mohammad Yasin di hibahkan kepada Mohammad Yasin dan tiga bagian yang lain dibebankan kepada Mohammad Yasin untuk menganti dengan uang.
Maka dengan semangat yang tulus ikhlas Mohammad Yasin di Bantu dengan H. Sofwan Hadi yang kebetulan waktu itu merupakan teman seperjuangan dalam perserikatan Muhamadiyah berusaha untuk mencari pinjaman sebagai tambahan dana yang dimiliki oleh Mohammad Yasin secara pribadi kesalah seorang tokoh Islam di Surabaya yaitu Bapak Majid Ilyas yang kemudian pinjaman itu dikembalikan dengan jalan di anggsur.
Meskipun status tanah masih dengan jelas dimiliki oleh keluarga Hanafi yang waktu itu dihibahkan dan dibeli oleh Mohmmad Yasin, namun lokasi ini masih dimanfaatkan sebagai Masjid karena merupakan wasiat keluarga.
Adapun kelahiran pendidikan Muhammadiyah dalam hal ini SMP Muhamadiyah menepati lokasi ini tahun 1968/1969 hanya KEBETULAN saja karena suatu hal harus pindah dari QOMARUL WATHON karena tanahnya akan dimanfaatkan oleh yang punya dan sejak itulah Mohammad Yasin sebagai ta’mir tidak keberatan dan mendiamkan lembaga ini menempati sebagian tanahnya selanjutnya dua lembaga ini saling membantu demi kemajuan bersama.
Perkembangan selanjutnya dapat dicatat bahwa mengingat kondisi bangunan langgar SOPOYONO semakin rapuh dan tidak memadahi bagi perkembangan jama’ah, maka dengan didukung rasa tanggungjawab yang besar demi kelangsungan perjuangan maka atas bantuan beberapa tokoh dan para dermawan dibentuklah Panitia Pembangunan Masjid Al Ikhlas Lamongan dengan tokoh antara lain:
1. Drs. Marsekan Fatawi
2. Mohammad Yasin Fathul
3. Musta’in al Adhim
4. H. Usman Dimyati
5. H. Sofwan Hadi
6. S. Sofa PW
7. H. Mudlakkir Masyhur Drs.
8. Umar Tauhid
9. Ahmad Zahri (alm)
10. Chazin Jalik
11. Achwan Zainuddin
12. Fadlan Chodlori
13. Sudigno
14. Jama’il
Panitia ini kemudian mengembangkan langgar ini dan ejak itulah nama Masjid Al Ikhlas Lamongan menjadi popular menggantikan nama langgar SOPOYONO nama sebelumnya yang kemudian dibongkar pada tanggal 4 Desember 1973. dan kegiatan jama’ah dialihkan ke kantor Muhammadiyah Lamongan dan bahkan sempat dipindahkan lagi ke Musholah BAITUL RAKHIM milik pemerintah daerah kabupaten Lamongan.
Akhirnya dibangunlah Masjid Al Ikhlas Lamongan dengan diseponsori :
1. H. Usman Dimyati
2. H. Achmad Affandi
3. H. Choiri
4. H. Sofwan Hadi
5. dll.
Dengan pelaksanaannya dibantu oleh bapak Bakar dariPager Wojo dan dibantu oleh sdr Chairul Huda yang berada di Surabaya sebagai perencana Bangunan Masjid ini.
Dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada tanggal 27 Mei 1977 berdirilah Masjid Al Ikhlas Lamongan dan di fungsikan kembali dengan kondisi fisik tingkat dua seluas 144 m2 dan diperkirakan menelan biaya Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang terletak dijalan KHA Dahlan no. 20 Lamongan.
Patut pula dicatat disini bahwa beberapa tokoh yang ikut berjuang mengumpulkan dana berdasarkan catatan panitia adalah:
1. Musta’in Al Ikhlas Adhim
2. Alfan Djauhari
3. Nurul Zubad RD BA
4. Muchtar Rawi
5. Mohamamd Yasin
6. H. Sofwan Hadi
7. dll.
Dari waktu ke waktu maka berkembanglah Masjid Al Ikhlas Lamongan dan Ta’mir Masjid telah banyak berubah dan beberapa tokoh yang pernah ikut mengemban Masjid ini :
1. H. Sofwan Hadi
2. Mohammad Asyhari
3. Sahlan Anwar
4. Chozin Djalik
5. Rodli
6. Ratno
7. Fadlan Ghoni
8. Saekhun
9. Mohammad Bakri
10. H. Usman Dimyati
11. Askan Nawi
12. Machfudli Fd
13. H. Maksun Djamhari
14. H. Sanusi
15. Chamim
16. Manan
17. Machin
18. Abu Sofwan
19. Moh Zulaili Yasin
20. H. Saekhan
21. H. Tasmudji Chamsun BA
Proses selanjutnya nampaknya masih banyak tantangan demi mengemban tugas masa depan dan berdasarkan saran jama’ah, maka Masjid ini perlu didukung dengan bentuk badan hokum yang jelas yaitu beurpa Yayasan Masjid Al Ikhlas yang akan diungkap dalam point tiga laporan ini.
Demikianlah cuplikan fakta sejarah keberadaan Masjid Al Ikhlas Lamongan salah satu sisi bentuk perjuangan kelompok PEMBAHARU yang karena situasi dan kondisi keberadaan memiliki seni tersendiri demi kemajuan perjuangan dengan prinsip dasar yang ingin dikembangkan adalah ajaran Rasullah SAW yang murni tidak tercampur dengan bentuk ajaran apapun.
Kondisi demikian akan selalu merupakan pangkal tolak pemikiran dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya sehingga terciptalah masyarakat yang agamis yang mencintai Masjid demi keridloaan Allah semata.










